Rabu, 15 November 2017

Product Complaint




in frame :

Agung Surya Lesmana (20215294)
Candra Ludwiana (21215434)
Cindy Indah Budiyanti (21215506)
Ferdiansyah (22215623)
Jennyfer Ulyarta Purba (23215548)
Nanda Dhita Permatasari (24215967)
Nida Lamis Shofura (25215058)
Novi Juliada Lishatriyana (25215118)

Senin, 16 Oktober 2017

Selasa, 10 Oktober 2017

Concessions Letter

Bahagia Hospital
Bahagia Street No. 100
Depok, West Java, Indonesia
Telephone : 021-7712345


Ref : SP/XCSDC
6th October, 2017
Santoso Purwono
Patient of Bahagia Hospital
Merdeka Raya Street No. 6
Depok, West Java, Indonesia


Dear Sir,              
We hereby grant discounted concession requests to patients in need with patient ref. no. XCSDC. Provided that you attach a copy of KTP, a copy of ASKES, a copy of KK, and a copy of medical bill. We assure you of our best attention.





Best regards,




Agus Haryono

Managing Director Bahagia Hospital.





____________________________________________________________




Concessions Letter

Concessions is the result of the negotiations (for example: result for obtaining better prices, terms or a shorter time for delivery from counter-proposals letter).

This letter is intended to give results (accept/reject) from the negotiation letter that has been filed by the customer to us.     




____________________________________________________________





Surat Konsesi                                                                                                       

Konsesi adalah surat hasil negosiasi (misalnya: hasil untuk memperoleh harga, persyaratan, atau waktu pengiriman yang lebih baik dari surat tanggapan).

Surat ini diperuntukan memberikan hasil (menerima/menolak) dari surat negosiasi yang telah diajukan oleh pelanggan kepada kita.





____________________________________________________________                

Sabtu, 29 April 2017

Kelompok 1 - Pengertian Hukum dan Hukum Ekonomi


Review Jurnal

Judul Jurnal     : Analisis Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan di Indonesia
Penulis            : Danny Nur Febrianica, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Reviewer         : Cindy Indah Budiyanti (21215506) 2EB08

ABSTRAK
Kebijakan upah minimum merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melindungi kepentingan dari pekerja, dengan adanya kebijakan upah minimum ini diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada pekerja yaitu dapat meningkatkan taraf atau standart hidup pekerja. Namun, berdasarkan teorinya kebijakan upah minimum juga dapat memberikan dampak yang negatif terhadap pekerja yaitu pengurangan penyerapan tenaga kerja, sehingga peneliti mencoba untuk fokus pada dampak kebijakan upah minimum terhadap pekerja (yang memiliki upah) di Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pekerja yang tergolong miskin di Indonesia dan untuk mengetahui dampak kebijakan upah minimum terhadap probabilitas pekerja untuk tergolong miskin atau tidak miskin di Indonesia.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan, sedangkan variable independennya adalah upah minimum, umur, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan terakhir (SMP, SMA, dan Universitas) dan sektor pekerjaan (pertanian, perdagangan dan jasa). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data Sakernas tahun 2012, data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis model regresi respons kualitatif dan analisis datanya menggunakan model probit.
Hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang pertama menunjukkan bahwa pekerja yang tergolong miskin di Indonesia memiliki karakteristik berada pada umur tua (>66 tahun), memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar, bekerja di sektor pertanian dan jasa, tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan hasil penelitian yang kedua menunjukkan bahwa secara menyeluruh dapat dikatakan bahwa yang memiliki kecenderungan untuk tergolong miskin adalah variable lokasi tempat tinggal, sektor pekerjaan pertanian, sektor pekerjaan perdagangan dan sektor pekerjaan jasa karena memiliki koefisien positif dan signifikan. Sedangkan yang memiliki kecenderungan untuk tergolong tidak miskin adalah variabel upah minimum, umur pekerja, tingkat pendidikan terakhir SMP, tingkat pendidikan terakhir SMA dan tingkat pendidikan terakhir Universitas.

I. PENDAHULUAN
Tenaga kerja merupakan salah satu modal atau faktor terpenting dalam proses produksi. Selain itu tenaga kerja juga dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penciptaan suatu barang dan jasa untuk memenuhi permintaan konsumen serta kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Simanjuntak (1985:2) mengungkapkan bahwa tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja atau sedang melakukan pekerjaan, penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan penduduk yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga, ketiga kategori tersebut tetap dikatakan sebagai pekerja karena mereka dianggap mampu dan sewaktu-waktu akan dapat bekerja.
Setelah tenaga kerja tersebut memberikan jasa kepada perusahaan, maka pihak perusahaan atau pemberi kerja wajib memberikan imbalan yang sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan oleh tenaga kerjanya, imbalan tersebut biasa disebut sebagai upah, dimana upah merupakan sumber penghasilan utama pekerja. Namun, dalam pemberian upah ini terkadang terdapat beberapa masalah, seringkali pengusaha memberikan upah yang terlalu rendah kepada pekerja karena pengusaha atau pemberi kerja menganggap upah sebagai beban, dimana semakin tinggi upah yang diberikan kepada pekerja maka semakin rendah keuntungan yang bisa didapat oleh pemberi kerja tersebut.
Dengan fenomena yang terjadi tersebut, maka pekerja menjadi pihak yang dirugikan, karena ia bekerja dengan mendapatkan imbalan yang tidak sesuai, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarganya tidak akan cukup. Untuk melindungi hak dari pekerja maka pemerintah membuat kebijakan upah minimum. Kebijakan upah minimum merupakan salah satu kebijakan ketenagakerjaan yang penting bagi negara maju maupun negara berkembang, termasuk juga Indonesia. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kebijakan upah minimum memiliki tujuan untuk memberikan dampak positif kepada pekerja yaitu untuk meningkatkan taraf hidup pekerja, khususnya pada pekerja yang memiliki upah rendah. Namun, ketika upah minimum mengalami kenaikan sampai diatas tingkat keseimbangan, hal ini dimungkinkan justru dapat menurunkan permintaan tenaga kerja atau penyerapan tenaga kerja, sehingga akan terjadi kelebihan penawaran
tenaga kerja yang akan berdampak pada naiknya tingkat pengangguran dan dapat menaikkan tingkat kemiskinan.
Saat ini kemiskinan masih menjadi masalah yang kompleks bagi negara berkembang termasuk juga bagi Indonesia, sehingga masalah kemiskinan ini masih menjadi perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Permasalahan kemiskinan yang terjadi ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya pekerja yang menganggur atau tidak mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran yang terjadi ini mengakibatkan seseorang tidak memperoleh pendapatan yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan hidupnya sehingga masih terdapat penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan atau dapat dikatakan tergolong miskin. Selain itu kemiskinan yang masih terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh rendahnya tingkat upah atau upah berada dibawah standar.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik pekerja yang tergolong miskin di Indonesia?
2. Bagaimana dampak dari kebijakan upah minimum terhadap probabilitas pekerja untuk menjadi miskin atau tidak miskin di Indonesia?

Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini meliputi data sekunder yang diperoleh dari data SAKERNAS tahun 2012, data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis model regresi respons kualitatif dan analisis datanya menggunakan model probit. Kemudian variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan, sedangkan variable independennya adalah upah minimum, umur, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan terakhir (SMP, SMA, dan Universitas) dan sektor pekerjaan (pertanian, perdagangan dan jasa).

II. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini digunakan untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan upah minimum terhadap kemiskinan di Indonesia. Pendekatan kuantitatif ini menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka-angka dan melakukan analisis data dengan menggunakan prosedur statistik. Penelitian ini disesuaikan dengan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode tahun 2012.

Penentuan Sampel
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah pekerja (yang mendapatkan upah) yang tercantum pada data Survey Angkatan Kerja Indonesia (SAKERNAS) pada tahun 2012 yaitu sebesar 191.377 responden.

Metode Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini berupa literatur, publikasi, laporan dan sumber pendukung lainnya. Dengan sumber utama dari data agregat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012.
b. Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini diperoleh dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) pada tahun 2012. Survei Angkatan Kerja Nasional adalah survei angkatan kerja reguler di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) sejak awal atau kuartalan tahun 1986, kecuali pada tahun 1995 ketika BPS melakukan Survei Demografi Antar (SUPAS). Tujuan utama dari SAKERNAS adalah untuk mengestimasi dan memonitor statistic angkatan kerja dan karakteristiknya di Indonesia.
c. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari SAKERNAS tahun 2012. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini berupa literatur, publikasi, laporan dan sumber pendukung lainnya.

Metode Analisis
Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, maka analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah tersedia secara apa adanya dan tanpa bermaksud untuk menyimpulkan secara umum (Sugiyono, 2009:206).
Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah mengolah atau menganalisis data dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan tertentu, untuk kemudian dianalisis sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:12), metode kuantitatif adalah metode dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Sedangkan untuk analisis datanya yang digunakan dalam melakukan penelitian ini, karena variabel dependen yang terikat yaitu kemiskinan bersifat kualitatif/ dummy atau termasuk dalam binary logistic maka alat atau model yang digunakan adalah menggunakan probit.
Model probit merupakan model estimasi yang berasal dari CDF normal, dimana CDF (cumulative distribution function) atau fungsi distribusi kumulatif ini digunakan untuk menjelaskan pola dari sebuah variabel dependen dikotomi (Gujarat i, 2012:202-203). Model probit
ini digunakan untuk melihat bagaimana dampak dari kebijakan upah minimum terhadap probabilitas seseorang/ pekerja untuk dikategorikan miskin atau tidak miskin. Adapun bentuk model ekonometriknya dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana:
Poor adalah sama dengan 1 ketika pekerja termasuk dalam kategori miskin dan sama dengan 0 ketika pekerja tidak termasuk dalam kategori miskin. Sedangkan untuk variabel independennya yaitu:
- X1 adalah upah minimum pada setiap provinsi atau kabupaten/ kota di Indonesia. Apabila provinsi yang bersangkutan menerapkan Upah Minimum Provinsi maka yang dipakai adalah UMP. Apabila provinsi yang bersangkutan menerapkan Upah Minimum Kota/ Kabupaten maka yang dipakai adalah UMK. Upah minimum diukur menggunakan log untuk melihat elastisitas.
- X2 adalah umur pekerja. Umur pekerja merupakan variabel continous yang diukur dengan satuan tahun.
- D1 adalah lokasi tempat tinggal yang diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana sama dengan 1 apabila perkotaan dan sama dengan 0 apabila pedesaan (1=perkotaan dan 0=pedesaan).
- D2 adalah tingkat pendidikan SMP yang diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana sama dengan 1 apabila SMP dan sama dengan nol apabila lainnya (1=SMP dan 0=lainnya).
- D3 adalah tingkat pendidikan SMA yang diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana sama dengan 1 apabila SMA dan sama dengan nol apabila lainnya (1=SMA dan 0=lainnya).
- D4 adalah tingkat pendidikan universitas yang diukur dengan menggunakan variable dummy, dimana sama dengan 1 apabila Perguruan Tinggi dan sama dengan nol apabila lainnya (1=universitas dan 0=lainnya).
- D5 adalah sektor pekerjaan pertanian yang diukur dengan menggunakan variable dummy, dimana sama dengan 1 apabila pertanian dan sama dengan 0 apabila di luar sektor pertanian (1=pertanian dan 0=di luar sektor pertanian).
- D6 adalah sektor pekerjaan perdagangan yang diukur dengan menggunakan variable dummy, dimana sama dengan 1 apabila perdagangan dan sama dengan 0 apabila di luar sektor perdagangan (1=perdagangan dan 0=di luar sektor perdagangan).
- D7 adalah sektor pekerjaan jasa yang diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana sama dengan 1 apabila jasa dan sama dengan 0 apabila di luar sektor jasa (1=jasa dan 0=di luar sektor jasa).
- ἑ adalah faktor penganggu/error.

III. RINGKASAN DARI PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang, teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, dan pembuktian hipotesis yang dilakukan melalui data penelitian yang telah terkumpul yaitu yang berasal dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012 yang kemudian diolah dengan metode ilmiah, serta analisis pembahasan dari hasil pengujian data, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pekerja yang tergolong miskin di Indonesia memiliki karakteristik yaitu apabila dilihat berdasarkan umur pekerja, maka pekerja yang tergolong miskin di Indonesia secara absolut memiliki umur yaitu 66 tahun (umur tua). Apabila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh, maka pekerja yang tergolong miskin di Indonesia yaitu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (Sekolah Dasar). Kemudian, apabila dilihat berdasarkan sektor pekerjaannya, maka pekerja yang tergolong miskin di Indonesia yaitu yang bekerja pada sektor pertanian dan jasa. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal responden, maka pekerja yang tergolong miskin di Indonesia yaitu yang tinggal di daerah perkotaan.
2. Variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan kemiskinan di Indonesia dengan nilai koefisien sebesar -0.4895884 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal, dimana dapat diketahui bahwa adanya kebijakan upah minimum tersebut maka probabilitas pekerja untuk tergolong miskin akan semakin rendah dan kebijakan upah minimum tersebut dapat membantu menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia, karena upah yang diterima pekerja berada di atas tingkat upah minimum provinsi, sehingga pekerja mampu mencukupi kebutuhan hidup yang layak untuk dirinya dan keluarganya.
3. Pengaruh variabel-variabel kontrol atau penjelas yaitu variabel umur, daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan terakhir SMP, tingkat pendidikan terakhir SMA, tingkat pendidikan terakhir Universitas, sektor pekerjaan pertanian, sektor pekerjaan perdagangan dan sektor pekerjaan jasa adalah sebagai berikut:
- Variabel umur memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, jadi semakin tinggi umur maka akan semakin tinggi probabilitas pekerja untuk tergolong tidak miskin, dikarenakan semakin tinggi umur maka pengalaman kerja dan produktivitas pekerja akan semakin tinggi, dan hal ini dapat mempengaruhi tingginya upah yang diterima.
- Variabel tempat tinggal memiliki hubungan yang positif dan signifikan, jadi seseorang yang tinggal di daerah perkotaan memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong sebagai pekerja miskin. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini hanya berfokus pada pekerja (yang menerima upah), kemudian pekerja (yang menerima upah) lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan, sedangkan pekerja yang tergolong miskin di pedesaan tersebut hanya bekerja sebagai pekerja keluarga atau pekerja sendiri yang tidak menerima upah dan tidak menjadi fokus penelitian ini.
- Variabel tingkat pendidikan terakhir SMP memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, jadi seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong tidak miskin dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP memiliki pendidikan atau pengetahuan yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingginya upah yang diterima.
- Variabel tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, jadi seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong tidak miskin dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki pendidikan atau pengetahuan yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingginya upah yang diterima.
- Variabel tingkat pendidikan terakhir Universitas memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, jadi seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Universitas memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong tidak miskin dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Universitas memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar, sehingga seseorang yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Universitas memiliki upah yang lebih tinggi daripada Sekolah Dasar.
- Variabel sektor pekerjaan pertanian memiliki hubungan yang positif dan signifikan, sehingga seseorang yang bekerja di sektor pertanian memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong sebagai pekerja miskin. Hal tersebut dikarenakan pekerja yang bekerja di sektor pertanian memiliki upah yang tidak pasti karena sektor pertanian bersifat musiman, selain itu masih banyak pekerja yang mengelola lahan pertanian dengan cara yang tradisional sehingga upah yang dapat diterima pekerja tersebut rendah.
- Variabel sektor pekerjaan perdagangan memiliki hubungan yang positif dan signifikan, sehingga seseorang yang bekerja di sektor perdagangan memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong sebagai pekerja miskin. Hal ini bias jadi dikarenakan sektor perdagangan memiliki banyak tenaga kerja, sehingga dapat mempengaruhi rendahnya tingkat upah yang diterima.
- Variabel sektor pekerjaan jasa memiliki hubungan yang positif dan signifikan, sehingga seseorang yang bekerja di sektor jasa memiliki probabilitas yang lebih besar untuk tergolong sebagai pekerja miskin. Hal ini dikarenakan sektor jasa di Indonesia terdapat banyak tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang rendah, sehingga dapat mempengaruhi rendahnya tingkat upah yang diterima.
Apabila dilihat dari koefisien sektor pekerjaan pertanian, perdagangan dan jasa yang berslope positif, hal ini berarti bahwa pekerja yang memiliki probabilitas yang paling tinggi untuk tergolong tidak miskin adalah pekerja yang bekerja di sektor pekerjaan industri. Hal ini dapat terjadi karena sektor pekerjaan industri cenderung menggunakan teknologi dalam proses produksinya, sehingga hanya membutuhkan sedikit pekerja namun yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, karena dalam sektor pekerjaan industri dibutuhkan pekerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

_____. Upah Minimum Kabupaten/ Kota di Jawa Barat Tahun 2012.
https://mantanburuh.files.wordpress.com/2011/12/sk umk-jabar tahun 2012.pdf. (diakses
pada tanggal 25 November 2014).

_____. Upah Minimum Kabupaten/ Kota di Jawa Timur Tahun 2012.
http://hrmkeys.files.wordpress.com/2012/02/umk-jatim-2012.pdf. (diakses pada tanggal
24 November 2014).

Alaniz, Gindling, Terrell. 2011. The Impact of Minimum Wages on Wages, Work and Poverty in
Nicaragua. Labour Economics 18: S45-S59.

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2013. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin,
Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Menurut Provinsi, Maret 2012. bps.go.id. (diakses pada tanggal 26 November 2014).

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2013. Perkembangan Upah Minimum Regional/
Provinsi di Seluruh Indonesia (Dalam Ribuan Rupiah). bps.go.id. (diakses pada tanggal
26 November 2014).

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2013. Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) 2012. Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2014. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk
Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986-2013. bps.go.id. (diakses pada tanggal 27
Desember 2014).

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2014. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi
1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. bps.go.id. (diakses pada tanggal 27 Desember
2014).

Borjas, George. 2008. Labor Economics. 4th ed. New York: McGraw-Hill.

Febriana, Enny. 2010. Strategi Untuk Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani Miskin di
Perdesaan: Studi Kasus Pada Rumah Tangga Petani Miskin di Desa Cisaat Kecamatan
Cicurug Kabupaten Sukabumi. Jakarta: FE Universitas Indonesia. [Tesis].

Gindling dan Terrell. 2008. Minimum Wages, Globalization and Poverty in Honduras. UNUWIDER Research Paper, No. 23.

Gujarati, Damodar N. dan Porter, Dawn C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. 5th ed. Jakarta:
Salemba Empat.

Haughton, Jonathan dan Khandker, Shahidur R. 2009. Handbook On Poverty + Inequality.
Washington DC: The World Bank.

International Labour Organization. 2014. Kebijakan Upah Minimum Indonesia.
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ed_dialogue/actrav/documents/meetingdocume
nt/wcms_210427.pdf. (diakses pada tanggal 05 Desember 2014).

International Labour Organization. 2014. Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia.
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilojakarta/
documents/publication/wcms 120125.pdf. (diakses pada tanggal 05 Januari 2015).

Nurdyana, Harry S., Budiono, Fahmi Mohamad. 2012. Pendidikan dan Kemiskinan Studi Kasus
Provinsi Maluku Utara. Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran.

Pratomo dan Saputra. 2011. Kebijakan Upah Minimum Untuk Perekonomian yang Berkeadilan:
Tinjauan UUD 1945. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol.5, (No.2): 269-285.

Pratomo, Devanto S. 2010. The Effects of Changes In Minimum Wage On Employment In The
Covered and Uncovered Sectors In Indonesia. Journal of Indonesian Economy and
Business, Vol.25, (No.3):278-292.

Pratomo, Devanto S. 2014. Ekonomi Ketenagakerjaan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.

Provinsi Jawa Tengah. 2011. Data UMK Jateng.
http://birohumas.jatengprov.go.id/robinsos/DATA-UMK-JATENG.pdf. (diakses pada
tanggal 24 November 2014).

Rama, Martin. 1996. The Consequences of Doubling the Minimum Wage: The Case of Indonesia. Policy Research Working Paper 1643.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. 1st ed. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sen, Rybczynski, Waal. 2010. Teen Employment, Poverty and The Minimum Wage: Evidence
From Canada. Labour Economics: 36-47.

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPFE
Universitas Indonesia.

Subri, Mulyadi. 2012. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D).
Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Susilowati, Sri Hery. 2010. Pendekatan Skala Ekivalensi Untuk Mengukur Kemiskinan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, Vol.28, (No.2): 91-105.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2014. Geografi Regional Indonesia.
http://file.upi.edu/Direktori/F/JUR.PEND.GEOGRAFI/195502101980021-DADANG
SUNGKAWA/Bahan Ajar GRI/GRI Gabungan Cetak.pdf. (diakses pada tanggal 04
Desember 2014).

Widiarti, Diah. 2006. Peranan Upah Minimum Dalam Penentuan Upah di Sektor Informal di
Indonesia. Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional.

Wikipedia. 2014. Gambar Peta Republik Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta
Indonesia.jpg. (diakses pada tanggal 04 Desember 2014).

Wikipedia. 2014. Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia. (diakses pada tanggal 04
Desember 2014.